BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Protein (protos yang berarti ”paling utama")
adalah senyawa organik kompleks yang mempuyai
bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptide.
Peptida dan protein
merupakan polimer kondensasi asam
amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino
dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil dari 6.000,
biasanya digolongkan sebagai polipeptida.
Proetin banyak terkandung di dalam makanan yang sering dikonsumsi oleh manusia. Seperti pada tempe, tahu,
ikan dan lain sebagainya.
Secara umum, sumber dari protein
adalah dari sumber nabati dan hewani.
Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua gugus pada
tiap molekulnya, yaitu gugus amino dan gugus karboksil, yang digambarkan
sebagai struktur ion dipolar. Gugus amino dan gugus karboksil pada asam amino
menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena asam amino mengandung kedua gugus
tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang yang mencirikan
gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi. Asam
amino juga bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai asam dan memberikan
proton kepada basa kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton
dari basa kuat.
Semua asam amino yang ditemukan pada protein mempunyai ciri
yang sama, gugus karboksil dan amino diikat pada atom karbon yang sama.
Masing-masing berbeda satu dengan yang lain pada gugus R-nya, yang bervariasi
dalam struktur, ukuran, muatan listrik, dan kelarutan dalam air. Beberapa asam
amino mempunyai reaksi yang spesifik yang melibatkan gugus R-nya.
Protein sangat penting
bagi kehidupan organisme pada umumnya, karena ia berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak dan suplai nutrisi yang dibutuhkan
tubuh. Maka, penting bagi kita untuk
mengetahui tentang protein dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting karena yang
paling erat hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Didalam sel, protein
terdapat sebagai protein struktural maupun sebagai protein metabolik. Protein
metabolik ikut serta dalam reaksi-reaksi biokimia dan mengalami perubahan
bahkan mungkin sintesa protein baru. Penentuan protein dalam makanan sebaiknya
mengenai kuantitas maupun kualitasnya.
Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan
larutan asam dan basa. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa;
ada yang mudah larut dan ada yang sukar larut.
B.
Tujuan
1.
Mahasiswa dapat
melakukan analisa kualitatif protein
2.
Test biuret
untuk membuktikan adanya molekul peptida dalam protein.
3.
Memahami
sifat-sifat kimia protein
C.
Alat dan Bahan
No
|
Alat
|
Bahan
|
1
|
Tabung reaksi
|
Susu kedelai
|
2
|
Pipet tetes (dropped pipet)
|
HCL 0,1 N
|
3
|
Pipet ukur
|
Air suling
|
4
|
Penangas air
|
Kertas pH
|
5
|
|
Larutan ZnSO4 encer
|
6
|
|
NaOH 0,1 N
|
7
|
|
Larutan CuSO4 0,1 N
|
BAB 2
HASIL DAN
PEMBAHASAN
1.
Reaksi Biuret
Dalam
suasana basa Cu bereaksi dengan beberapa jenis larutan protein dan menghasilkan
warna violet. Hasil pembentukan senyawa kompleks, reaksi biuret dapat terjadi
pada molekul yang mengandung 2 gugus
(-
C – NH -) yang terikat pada satu atom karbon atau atom nitrogen atau terikat langsung.
O
Senyawa yang
mengandung gugus – C – NH – diganti dengan gugus – C – NH2
O O
- C – NH2
atau gugus –CH2NH2 juga positif dalam uji Biuret
O
Pereaksi
:
a.
NaOH 0,1 N
b.
CuSO4
0,1 N
Cara
Kerja :
1.
Siapkan 2 tabung
reaksi
2.
Mengisi dengan
larutan protein sebanyak 2 ml pada tiap-tiap tabung
3.
Tambahkan NaOH
0,1 N 1 ml dan CuSO4 0,1 N sebanyak 2-4 tetes pada kedua tabung
4.
Ulangi percobaan
sekali lagi
5.
Mengamati
perubahan yang terjadi
Hasil
:
No
|
Perlakuan
|
Hasil endapan
|
1
|
Susu kedelai + NaOH 0,1 N 1 ml +
CuSO4 0,1 N
|
++++
|
2
|
Aquades + NaOH 0,1 N 1 ml + CuSO4
0,1 N
|
++
|
2.
Uji Koagulasi
Protein
dengan penambahan asam atau pemanasan akan terjadi koagulasi. Pada pH isoelektrik
(pH larutan tertentu biasanya berkisar 4 - 4,5 dimana protein mempunyai muatan
positif dan negatif sama, sehingga saling menetralkan) kelarutan protein sangat
menurun atau mengendap. Pada temperatur diatas 60 oC kelarutan
protein akan berkurang (koagulasi) karena pada temperatur yang tinggi energi
kinetik molekul protein meningkat sehingga terjadi getaran yang cukup kuat
untuk merusak ikatan atau struktur sekunder, tertier dan kuartener yang
menyebabkan koagulasi.
Pereaksi
:
Asam
asetat 1 M
Cara
Kerja :
1.
Siapkan 2 tabung
reaksi
2.
Masukkan kedalam
tabung reaksi yang berisi 5 ml larutan protein ditambah 2 tetes asam asetat 1 M
3.
Letakkan tabung
tersebut dalam air mendidih selama 5 menit
Hasil :
No
|
Perlakuan
|
Endapan
|
Kelarutann
|
1
|
4 ml protein + asam asetat 1 M 4
tetes
|
+
|
+++
|
2
|
4 ml protein + asam asetat 1 M 4
tetes + pemanasan 10 menit
|
+++
|
+
|
3.
Pengendapan dengan Alkohol
Protein
dapat diendapkan dengan penambahan alkohol. Pelarut organik akan mengubah
(mengurangi) konstanta di elektrika dari air, sehingga kelarutan protein
berkurang, dan juga karena alkohol akan berkompetisi dengan protein terhadap
air.
Pereaksi:
a.
HCl 0,1 M
b.
NaOH 0,1 M
c.
NaCl 0,1 M
d.
Etanol 95%
Cara
kerja :
1.
Sediakan 3
tabung reaksi dan isi masing-masing tabung reaksi dengan 3 ml larutan protein.
2.
Kedalam tabung 1
: tambahkan 1 ml HCl 0,1 M dan 5 ml etanol 95%,
3.
Kedalam tabung 2
: tambahkan 1 ml NaOH 0,1 M dan 5 ml etanol 95%
4.
Kedalam tabung 2
: tambahkan 1 ml NaCl 0,1 M dan 5 ml etanol 95%
Hasil
:
No
|
Perlakuan
|
Endapan
|
Kelarutan
|
1
|
3 ml protein + 1 ml HCl 0,1 M dan
5 ml etanol 95%
|
+
|
+++
|
2
|
3 ml protein + 1 ml NaOH 0,1 M
dan 5 ml etanol 95%
|
++
|
++
|
3
|
3 ml protein + 1 ml NaCl 0,1 M
dan 5 ml etanol 95%
|
+++
|
+
|
4.
Denaturasi Protein
Denaturasi
dapat diartikan suatu proses terpecahnya ikatan hidrogen, ikatan garam atau
bila susunan ruang atau rantai polipetida suatu molekul protein berubah. Dengan
perkataan lain denaturasi adalah terjadi kerusakan struktur sekunder, tertier
dan kuartener, tetapi struktur primer (ikatan peptida) masih utuh.
Pereaksi
:
a.
NaCl 0,1 M
b.
HCl 0,1 M
c.
NaOH 0,1 M
Cara kerja :
1.
Sediakan 3
tabung reaksi masing-masing tabung diisi dengan 3 ml larutan protein.
2.
Kedalam tabung 1
: tambahkan 2 ml HCl 0,1 M
3.
Kedalam tabung 2
: tambahkan 2 ml NaOH 0,1 M
4.
Kedalam tabung 3
: tambahkan 2 ml NaCl 0,1 M
5.
Lalu lihat atau
amati tabung mana yang terjadi endapan
Hasil
:
No
|
Perlakuan
|
Endapan
|
Kelarutan
|
1
|
3 ml protein + 1 ml HCl 0,1 M dan
panaskan 15 menit
|
++
|
++
|
2
|
3 ml protein + 1 ml NaOH 0,1 M
dan panaskan 15 menit
|
+++
|
+
|
3
|
3 ml protein + 1 ml NaCl 0,1 M
dan panaskan 15 menit
|
+
|
+++
|
BAB 3
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Percobaan
dengan Reaksi Biuret di tambah pereaksi dapat merubah warna protein, dengan uji
koagulasi endapan yang dipanaskan lebih banyak dari pada yang tidak dipanaskan,
sedangkan test pengendapan dengan alkohol pengendapan yang lebih banyak adalah
yang di tambahkan NaCl, dan test yang terakhir denaturasi protein pengendapan
yang lebih banyak adalah yang ditambahkan NaOH.
B.
Saran-saran
1.
Lebih
berhati-hati dalam memasukkan bahan kimia dengan menggunakan pipet tetes ke
dalam tabung reaksi.
2.
Memperhatikan
perubahan dengan adanya endapan atau tidaknya harus dengan teliti, karena
terlihat samar-samar.
DAFTAR PUSTAKA
http://biologiadv.blogspot.com/2013/01/laporan-biokimia-analisa-kualitatif.html
No comments:
Post a Comment