BAB 1
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Orang yang
pertama kali mengemukakan tentang siitem pewrisan sifat adalah Mendel. Mendel
juga melakukan berbagai macam percobaan untuk memperkuat teori yang di
cetuskannya. Dalam Anonim (2010) menyatakan Teori pertama tentang sistem
pewarisan yang dapat diterima kebenarannya dikemukakan oleh Gregor Mendel pada tahun
1865. Teori ini diajukan berdasarkan penelitian persilangan berbagai
varietas kacang kapri (Pisum sativum).
Persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua individu sejenis yang
melibatkan dua sifat beda, misalnya persilangan antara tanaman ercis berbiji
bulat dan berwarna hijau dengan tanaman ercis berbiji kisut dan berwarna
cokelat atau padi berumur pendek dan berbulir sedikit dengan padi berumur
panjang dan berbulir banyak (Anonim,2012 a).
Persilangan dihibrid adalah persilangan yang menunjang
hukum mendel II. Persilangan
dihibrida merupakan perkawinan dua individu dengan dua tanda beda. Persilangan
ini dapat membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang
terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan
dihasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 (Anonim,
2011).
Hukum II Mendel (Hukum Perpaduan Bebas)
Berdasarkan
data F2 dihibrid, Mendel menyusun Hukum Perpaduan Bebas yang berisi bahwa “Segregasi
suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya,
sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi
gen-gen secara bebas”.. Dari F1 bergenotipe AaBb dalam proses
pembentukan gamet alel A dapat bebas berpadu dengan B atau b, juga a bebas
memilih B atau b. Akibat perpaduan bebas ini maka setiap jenis gamet yang
terbentuk, yaitu AB, Ab, aB, dan ab akan mempunyai frekuensi yang sama. Dalam
kasus dihibrid akan mempunyai frekuensi masing-masing 0,25. Akibat perpaduan
bebas dari alel-alel dalam pembentukan gamet, dan penggabungan bebas gametgamet
dalam perkawinan maka dalam kasus alel dominan-resesif, F2 akan mempunyai
fenotipe dengan perbandingan 9:3:3:1. Untuk membuktikan Hukum Perpaduan Bebas
dilakukan uji silang dihibrid dengan menyilangkan F1 terhadap tetua resesif.
Terbukti kebenaran Hukum ini dengan munculnya turunan uji silang dengan
perbandingan 1:1:1:1 untuk fenotipe yang menggambarkan gamet AB, Ab, aB, dan ab
(Campbell, 2002).
Prinsip-prinsip
hereditas atau persilangan ini ditulis oleh seorang pendeta bernama Gregor
Johann Mendel pada tahun 1865. Mendel juga meneliti persilangan dihibrid pada
kacang kapri. Mendel menyilangkan kacang kapri berbiji bulat dan berwarna
kuning dengan tanaman kacang kapri berbiji kisut dan berwarna hijau. Ternyata
semua F1, nya berbiji bulat dan berwarna kuning. Berarti biji bulat dan warna
kuning merupakan sifat dominan. Selanjutnya. semua tanaman F, dibiarkan
menyerbuk sendiri. Ternyata pada F2 dihasilkan 315 tanaman berbiji bulat dan
berwarna kuning. 108 tanaman berbiji bulat dan berwarna hijau. 106 tanaman
berbiji kisut dan berwarna kuning, serta 32 tanaman berbiji kisut dan berwarna
hijau. Hasil penelitiannya mengehasilkan hukum Mendel II atau hukum asortasi
atau hukum pengelompokan gen secara bebas. Hukum ini menyatakan bahwa gen-gen
dari kedua induk akan mengumpul dalam zigot, tetapi kemudian akan memisah lagi
ke dalam gamet-gamet secara bebas (Suryo, 2008).
Mekanisme Persilangan Dihibrid
Pada
persilangan dihibrid dibentuk empat gamet yang secara genetik berbeda dengan
frekuensi yang kira-kira sama karena orientasi secara acak dari pasangan
kromosom nonhomolog pada piringan metafase meiosis pertama. Bila dua dihibrida
disilangkan, akan dihasilkan 4 macam gamet dalam frekuensi yang sama baik pada
jantan maupun betina. Suatu papan-periksa genetik 4 x 4 dapat digunakan untuk
memperlihatkan ke-16 gamet yang dimungkinkan. Rasio fenotipe klasik yang
dihasilkan dari perkawinan genotipe dihibrida adalah 9:3:3:1. Rasio ini
diperoleh bila alel-alel pada kedua lokus memperlihatkan hubungan dominan dan
resesif (anonim, 2012 a).
2.
Tujuan
·
Memahami konsep
persilangan Dihibrid
·
Membuktikan
perbandingan genotip dan fenotip berdasarkan hokum mendel pada perkawinan dihibrid
BAB 2
METODOLOGI
1.
Alat dan Bahan
No
|
Alat
|
Bahan
|
1
|
2
Kantung plastik
|
50
Kancing warna merah
|
2
|
Wadah
|
50
Kancing warna putih
|
3
|
Alat
tulis
|
50
Kancing warna putih
|
4
|
|
50
Kancing warna merah
|
2.
Langkah Kerja
a.
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b.
Menyiapkan 50 buah kancing merah dan 50 buah kancing putih ke dalam kantung
1, kemudian kantung ke-2 dimasukan 50 kancing putih dan 50 kancing merah.
c.
Mengocok atau mencampurkan kedua macam kancing tadi (merah dan putih,
putih
dan merah) terdapat dominan dan resesif pada masing-masing kantung.
d.
Mengaduk sampai seluruh kancing benar-benar tercampur
pada masing-masing kantung.
e.
Mengambil kancing pada masing-masing kantung tersebut tanpa melihat/dengan mata tertutup (secara acak) Kemudian memasangkannya satu persatu atau mengambil 2 buah kancing secara bersamaan pada
semua kantung.
f.
Mencatat hasil persilangan ke dalam buku
g.
Lalu ikuti
langkah tadi sebanyak 160 kali
h.
Terakhir menghitung
perbandingan fenotif dan genotifnya.
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Hasil
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam praktikum
diperoleh data hasil pengambillan kancing sebagai berikut :
P:
Merah Tinggi x Putih Pendek
(MMTT) (mmtt)
G:
MT x mt
F1:
MmTt x MmTt
G2: MT, Mt, mT, mt x MT, Mt, mT, mt
Fenotif (genotif)
|
Tinggi Merah (MT)
|
Tinggi Putih (Mt)
|
Pendek Merah (mT)
|
Pendek Putih (mt)
|
Tinggi Merah (MT)
|
MMTT
|
MMTt
|
MmTT
|
MmTt
|
Tinggi Putih (Mt)
|
MMTt
|
MMtt
|
MmTt
|
Mmtt
|
Pendek Merah (mT)
|
MmTT
|
MmTt
|
mmTT
|
mmTt
|
Pendek Putih (mt)
|
MmTt
|
Mmtt
|
mmTt
|
mmtt
|
Data Kelompok :
No
|
Model Gen
|
Genotif
|
Fenotif
|
Tabulasi
|
Jumlah
|
1
|
Merah-merah
dan Putih-putih
|
MMTT
|
Merah
dan Tinggi
|
IIIII-I
|
6
|
2
|
Merah-merah
dan Putih-merah
|
MMTt
|
Merah
dan Tinggi
|
IIIII-IIIII-IIIII
IIIII
|
20
|
3
|
Merah-merah
dan Merah-merah
|
MMtt
|
Merah
dan Pendek
|
IIIII-IIIII
|
10
|
4
|
Merah-putih
dan Putih-putih
|
MmTT
|
Merah
dan Tinggi
|
IIIII-IIIII-IIIII
IIIII-IIIII
|
25
|
5
|
Merah-putih
dan Putih-merah
|
MmTt
|
Merah
dan Tinggi
|
IIIII-IIIII-IIIII
IIIII-IIIII-IIIII-IIIII-IIII
|
39
|
6
|
Merah-putih
dan merah-merah
|
Mmtt
|
Merah
dan Pendek
|
IIIII-IIIII-IIIII
III
|
18
|
7
|
Putih-putih
dan Putih-putih
|
mmTT
|
Putih
dan Tinggi
|
IIIII-IIIII-I
|
11
|
8
|
Putih-putih
dan Putih-merah
|
mmTt
|
Putih
dan Tinggi
|
IIIII-IIIII-IIIII
IIIII-II
|
22
|
9
|
Putih-putih
dan Merah-merah
|
mmtt
|
Putih
dan pendek
|
IIIII-IIII
|
9
|
-
Rasio genotif data kelompok :
MMTT
: MMTt : MmTT : MmTt : MMtt : Mmtt : mmTT : mmTt : mmtt
6 : 20 : 25
: 39 : 10 :
18 : 11
: 22 : 9
-
Rasio fenotif data kelompok :
Tinggi Merah : Tinggi Putih : Pendek Merah : Pendek Putih
90
: 33
:
28
: 9
9
: 3 :
3
: 1
2.
Pembahasan
Hukum Mendel II dikenal pula dengan hukum asortasi atau
hukum berpasangan secara bebas. Menurut hukum ini, setiap gen/sifat dapat
berpasangan secara bebas dengan gen atau sifat lain. Meskipun demikian, gen
untuk satu sifat tidak berpengaruh pada gen untuk sifat lain yang bukan
termasuk alelnya. Hukum Mendel II ini dapat dijelaskan melalui persilangan
dihibrid, yaitu persilangan dengan dua sifat beda, dengan dua alel berbeda dan
memiliki perbandingan 9 : 3: 3 : 1.
Pada percobaan yang dilakukan dengan persilangan dihibrid
dengan menggunakan 2 sifat beda yaitu kancing genetik warna merah dengan gamet
(MM) bersifat dominan tinggi terhadap kancing genetik warna putih, dan yang
bersifat resesif pendek dengan gamet (mm). Serta dengan kancing genetik warna merah
dengan gamet (TT) yang bersifat dominan warna merah terhadap warna putih
resesif dengan gamet (tt). Pada parentalnya memiliki sifat fenotif bentuk tinggi
berwarna merah (MMTT) yang dominan terhadap parental lainnya yang memiliki
fenotif bentuk pendek berwarna putih (mmtt). Diagram persilangannya sebagai berikut
:
P:
♀ MMTT >< ♂ mmtt
(Tinggi Merah) ↓ (Pendek Putih)
F1:
MmTt
(Tinggi Merah)
F1><
F1: ♀ MmTt
>< ♂ MmTt
(Tinggi Merah) ↓
(Tinggi Merah)
Gamet:
MT, Mt, mT, mt
F2:
Fenotif (genotif)
|
Tinggi Merah (MT)
|
Tinggi Putih (Mt)
|
Pendek Merah (mT)
|
Pendek Putih (mt)
|
Tinggi Merah (MT)
|
MMTT
|
MMTt
|
MmTT
|
MmTt
|
Tinggi Putih (Mt)
|
MMTt
|
MMtt
|
MmTt
|
Mmtt
|
Pendek Merah (mT)
|
MmTT
|
MmTt
|
mmTT
|
mmTt
|
Pendek Putih (mt)
|
MmTt
|
Mmtt
|
mmTt
|
mmtt
|
Pada percobaan
persilangan
dihibrid yang dilakukan sangat
tidak menyimpang dari hukum mendel II, karena rasio fenotif yang
dihasilkan adalah 9
: 3 : 3 : 1, dan hukum Mendel
II mempunyai rasio fenotif 9 :
3 : 3 ; 1
juga.
3.
Chi Square Test
Agar
kita tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan terhadap hasil percobaan maka
data tersebut dapat dilakukan evaluasi terhadap kebenarannya. Adapun cara untuk
melakukan evaluasi tersebut adalah dengan menggunakan tes X2 (chi
square test).
Chi
Square Test adalah Cara yang
digunakan untuk menganalisis apakah penyimpangan hasil percobaan
yang dilakukan nyata atau tidak dan menyimpulkan data yang diperoleh dapat dipercaya atau
tidak.
Rumus : X2 = ∑ d2/e
•
e = singkatan dari expected, yang artinya adalah
hasil yang diharapkan.
•
d = deviation, artinya penyimpangan, yaitu selisih antara
hasil yang diperoleh (o=observed) dengan hasil yang diharapkan.
•
∑ = jumlah
Hasil dari praktikum simulasi persilangan dihibrid
yang akan dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan chi square test :
Merah-Tinggi
|
Merah-Pendek
|
Putih-Tinggi
|
Putih-Pendek
|
Jumlah
|
|
Diperoleh (o)
|
90
|
28
|
33
|
9
|
160
|
Diramal (e)
|
90
|
30
|
30
|
10
|
160
|
Deviasi (d)
|
0
|
-2
|
3
|
-1
|
|
d2/e
|
0
|
0,13
|
0,3
|
0,1
|
|
X2
|
0,13 + 0,3 + 0,1 = 0,53
|
Tabel X2 :
DB
|
KEMUNGKINAN
|
||||||||
0.99
|
0.90
|
0.70
|
0.50
|
0.30
|
0.10
|
0.05
|
0.01
|
0.001
|
|
1
|
0.002
|
0.016
|
0.15
|
0.46
|
1.07
|
2.71
|
3.84
|
6.64
|
10.83
|
2
|
0.02
|
0.21
|
0.71
|
1.39
|
2.41
|
4.61
|
5.99
|
9.21
|
13.82
|
3
|
0.12
|
0.58
|
1.42
|
2.37
|
3.67
|
6.25
|
7.84
|
11.35
|
16.27
|
4
|
0.30
|
1.06
|
2.20
|
3.36
|
4.88
|
7.78
|
9.49
|
13.28
|
18.47
|
Ada 2 kelas fenotip : Putih & merah, berarti derajat bebas (db) = 4 – 1 = 3. Berdasarkan
perhitungan diperoleh hasil X2 = 0,53,
selanjutnya pada deretan db = 3 tersebut dicari
angka 0,53. Dan ternyata angka 0,53 berada diantara angka 0,12 – 0,58, berarti lebih kecil dari 7,84.
Kemungkinannya
terletak diantara 0.90 – 0.99, ini lebih besar
dari 0.05. Karena nilai kemungkinan > 0.05 maka data percobaan
dianggap masih bagus dan masih memenuhi perbandingan 9 : 3 : 3 : 1.
BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut berdasarkan hukum Mendel rasio fenotipe generasi F2 dari
persilangan dihibrid adalah 9 : 3 : 3 : 1. Dan dari percobaan yang telah dilakukan
untuk membuktikan hukum mendel II bahwa hasil percobaan sesuai dengan teori
yang ada, setelah semua dihitung dengan menggunakan metode chi-square untuk
membuktikan apakah percobaan diterima atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
http://anggamay.blogspot.com/2013/01/laporan-praktikum-imitasi-perbandingan.html
No comments:
Post a Comment