Selamat Datang di Blog Horti Fresh

Saturday, 29 June 2013

Laporan Simulasi Dihibrid


BAB 1
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Orang yang pertama kali mengemukakan tentang siitem pewrisan sifat adalah Mendel. Mendel juga melakukan berbagai macam percobaan untuk memperkuat teori yang di cetuskannya. Dalam Anonim (2010) menyatakan Teori pertama tentang sistem pewarisan yang dapat diterima kebenarannya dikemukakan oleh Gregor Mendel pada tahun 1865. Teori ini diajukan berdasarkan penelitian persilangan berbagai varietas kacang kapri (Pisum sativum).
Persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua individu sejenis yang melibatkan dua sifat beda, misalnya persilangan antara tanaman ercis berbiji bulat dan berwarna hijau dengan tanaman ercis berbiji kisut dan berwarna cokelat atau padi berumur pendek dan berbulir sedikit dengan padi berumur panjang dan berbulir banyak (Anonim,2012 a).
Persilangan dihibrid adalah persilangan yang menunjang hukum mendel II. Persilangan dihibrida merupakan perkawinan dua individu dengan dua tanda beda. Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan dihasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 (Anonim, 2011).

Hukum II Mendel (Hukum Perpaduan Bebas)
Berdasarkan data F2 dihibrid, Mendel menyusun Hukum Perpaduan Bebas yang berisi bahwa “Segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas”.. Dari F1 bergenotipe AaBb dalam proses pembentukan gamet alel A dapat bebas berpadu dengan B atau b, juga a bebas memilih B atau b. Akibat perpaduan bebas ini maka setiap jenis gamet yang terbentuk, yaitu AB, Ab, aB, dan ab akan mempunyai frekuensi yang sama. Dalam kasus dihibrid akan mempunyai frekuensi masing-masing 0,25. Akibat perpaduan bebas dari alel-alel dalam pembentukan gamet, dan penggabungan bebas gametgamet dalam perkawinan maka dalam kasus alel dominan-resesif, F2 akan mempunyai fenotipe dengan perbandingan 9:3:3:1. Untuk membuktikan Hukum Perpaduan Bebas dilakukan uji silang dihibrid dengan menyilangkan F1 terhadap tetua resesif. Terbukti kebenaran Hukum ini dengan munculnya turunan uji silang dengan perbandingan 1:1:1:1 untuk fenotipe yang menggambarkan gamet AB, Ab, aB, dan ab (Campbell, 2002).
Prinsip-prinsip hereditas atau persilangan ini ditulis oleh seorang pendeta bernama Gregor Johann Mendel pada tahun 1865. Mendel juga meneliti persilangan dihibrid pada kacang kapri. Mendel menyilangkan kacang kapri berbiji bulat dan berwarna kuning dengan tanaman kacang kapri berbiji kisut dan berwarna hijau. Ternyata semua F1, nya berbiji bulat dan berwarna kuning. Berarti biji bulat dan warna kuning merupakan sifat dominan. Selanjutnya. semua tanaman F, dibiarkan menyerbuk sendiri. Ternyata pada F2 dihasilkan 315 tanaman berbiji bulat dan berwarna kuning. 108 tanaman berbiji bulat dan berwarna hijau. 106 tanaman berbiji kisut dan berwarna kuning, serta 32 tanaman berbiji kisut dan berwarna hijau. Hasil penelitiannya mengehasilkan hukum Mendel II atau hukum asortasi atau hukum pengelompokan gen secara bebas. Hukum ini menyatakan bahwa gen-gen dari kedua induk akan mengumpul dalam zigot, tetapi kemudian akan memisah lagi ke dalam gamet-gamet secara bebas (Suryo, 2008).

Mekanisme Persilangan Dihibrid
Pada persilangan dihibrid dibentuk empat gamet yang secara genetik berbeda dengan frekuensi yang kira-kira sama karena orientasi secara acak dari pasangan kromosom nonhomolog pada piringan metafase meiosis pertama. Bila dua dihibrida disilangkan, akan dihasilkan 4 macam gamet dalam frekuensi yang sama baik pada jantan maupun betina. Suatu papan-periksa genetik 4 x 4 dapat digunakan untuk memperlihatkan ke-16 gamet yang dimungkinkan. Rasio fenotipe klasik yang dihasilkan dari perkawinan genotipe dihibrida adalah 9:3:3:1. Rasio ini diperoleh bila alel-alel pada kedua lokus memperlihatkan hubungan dominan dan resesif (anonim, 2012 a).

2.      Tujuan
·         Memahami konsep persilangan Dihibrid
·         Membuktikan perbandingan genotip dan fenotip berdasarkan hokum mendel pada perkawinan dihibrid


BAB 2
METODOLOGI

1.      Alat dan Bahan
No
Alat
Bahan
1
2 Kantung plastik
50 Kancing warna merah
2
Wadah
50 Kancing warna putih
3
Alat tulis
50 Kancing warna putih
4

50 Kancing warna merah

2.      Langkah Kerja
a.       Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b.      Menyiapkan 50 buah kancing merah dan 50 buah kancing putih ke dalam kantung 1, kemudian kantung ke-2 dimasukan 50 kancing putih dan 50 kancing merah.
c.       Mengocok atau mencampurkan kedua macam kancing tadi (merah dan putih, putih dan merah) terdapat dominan dan resesif pada masing-masing kantung.
d.      Mengaduk sampai seluruh kancing benar-benar tercampur pada masing-masing kantung.
e.       Mengambil kancing pada masing-masing kantung tersebut tanpa melihat/dengan mata tertutup (secara acak) Kemudian memasangkannya satu persatu atau mengambil 2 buah kancing secara bersamaan pada semua kantung.
f.       Mencatat hasil persilangan ke dalam buku
g.      Lalu ikuti langkah tadi sebanyak 160 kali
h.      Terakhir menghitung perbandingan fenotif dan genotifnya.



BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.      Hasil
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam praktikum diperoleh data hasil pengambillan kancing sebagai berikut :
P:         Merah Tinggi              x               Putih Pendek
               (MMTT)                                           (mmtt)

G:               MT                       x                         mt

F1:            MmTt                                           MmTt
G2:      MT, Mt, mT, mt           x            MT, Mt, mT, mt

Fenotif (genotif)
Tinggi Merah (MT)
Tinggi Putih (Mt)
Pendek Merah (mT)
Pendek Putih (mt)
Tinggi Merah (MT)
MMTT
MMTt
MmTT
MmTt
Tinggi Putih (Mt)
MMTt
MMtt
MmTt
Mmtt
Pendek Merah (mT)
MmTT
MmTt
mmTT
mmTt
Pendek Putih (mt)
MmTt
Mmtt
mmTt
mmtt

Data Kelompok :
No
Model Gen
Genotif
Fenotif
Tabulasi
Jumlah
1
Merah-merah dan Putih-putih
MMTT
Merah dan Tinggi
IIIII-I
6
2
Merah-merah dan Putih-merah
MMTt
Merah dan Tinggi
IIIII-IIIII-IIIII IIIII
20
3
Merah-merah dan Merah-merah
MMtt
Merah dan Pendek
IIIII-IIIII
10
4
Merah-putih dan Putih-putih
MmTT
Merah dan Tinggi
IIIII-IIIII-IIIII IIIII-IIIII
25
5
Merah-putih dan Putih-merah
MmTt
Merah dan Tinggi
IIIII-IIIII-IIIII IIIII-IIIII-IIIII-IIIII-IIII
39
6
Merah-putih dan merah-merah
Mmtt
Merah dan Pendek
IIIII-IIIII-IIIII III
18
7
Putih-putih dan Putih-putih
mmTT
Putih dan Tinggi
IIIII-IIIII-I
11
8
Putih-putih dan Putih-merah
mmTt
Putih dan Tinggi
IIIII-IIIII-IIIII IIIII-II
22
9
Putih-putih dan Merah-merah
mmtt
Putih dan pendek
IIIII-IIII
9

-          Rasio genotif data kelompok :
MMTT : MMTt : MmTT : MmTt : MMtt : Mmtt : mmTT : mmTt : mmtt
    6      :     20    :      25     :    39   :    10    :    18   :     11    :    22    :   9

-          Rasio fenotif data kelompok :
Tinggi Merah : Tinggi Putih : Pendek Merah : Pendek Putih
         90         :         33      :            28           :          9
          9          :           3       :           3             :          1


2.      Pembahasan
Hukum Mendel II dikenal pula dengan hukum asortasi atau hukum berpasangan secara bebas. Menurut hukum ini, setiap gen/sifat dapat berpasangan secara bebas dengan gen atau sifat lain. Meskipun demikian, gen untuk satu sifat tidak berpengaruh pada gen untuk sifat lain yang bukan termasuk alelnya. Hukum Mendel II ini dapat dijelaskan melalui persilangan dihibrid, yaitu persilangan dengan dua sifat beda, dengan dua alel berbeda dan memiliki perbandingan 9 : 3: 3 : 1.
Pada percobaan yang dilakukan dengan persilangan dihibrid dengan menggunakan 2 sifat beda yaitu kancing genetik warna merah dengan gamet (MM) bersifat dominan tinggi terhadap kancing genetik warna putih, dan yang bersifat resesif pendek dengan gamet (mm). Serta dengan kancing genetik warna merah dengan gamet (TT) yang bersifat dominan warna merah terhadap warna putih resesif dengan gamet (tt). Pada parentalnya memiliki sifat fenotif bentuk tinggi berwarna merah (MMTT) yang dominan terhadap parental lainnya yang memiliki fenotif bentuk pendek berwarna putih (mmtt). Diagram persilangannya sebagai berikut :
P:           ♀ MMTT       ><     ♂ mmtt
          (Tinggi Merah)     ↓   (Pendek Putih)

F1:                             MmTt
                             (Tinggi Merah)

F1>< F1:  ♀ MmTt            ><    ♂ MmTt
                 (Tinggi Merah)    ↓    (Tinggi Merah)

Gamet: MT, Mt, mT, mt

F2:
Fenotif (genotif)
Tinggi Merah (MT)
Tinggi Putih (Mt)
Pendek Merah (mT)
Pendek Putih (mt)
Tinggi Merah (MT)
MMTT
MMTt
MmTT
MmTt
Tinggi Putih (Mt)
MMTt
MMtt
MmTt
Mmtt
Pendek Merah (mT)
MmTT
MmTt
mmTT
mmTt
Pendek Putih (mt)
MmTt
Mmtt
mmTt
mmtt
Pada percobaan persilangan dihibrid yang dilakukan sangat tidak menyimpang dari hukum mendel II, karena rasio fenotif yang dihasilkan adalah 9 : 3 : 3 : 1, dan hukum Mendel II mempunyai rasio fenotif 9 : 3 : 3 ; 1 juga.

3.      Chi Square Test
Agar kita tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan terhadap hasil percobaan maka data tersebut dapat dilakukan evaluasi terhadap kebenarannya. Adapun cara untuk melakukan evaluasi tersebut adalah dengan menggunakan tes X2 (chi square test).
Chi Square Test adalah Cara yang digunakan untuk menganalisis apakah penyimpangan hasil percobaan yang dilakukan nyata atau tidak dan menyimpulkan data yang diperoleh dapat dipercaya atau tidak.
Rumus : X2  = ∑ d2/e
         e = singkatan dari expected, yang artinya adalah hasil yang diharapkan.
         d = deviation, artinya penyimpangan, yaitu selisih antara hasil yang diperoleh (o=observed) dengan hasil yang diharapkan.
         ∑ = jumlah
Hasil dari praktikum simulasi persilangan dihibrid yang akan dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan chi square test :

Merah-Tinggi
Merah-Pendek
Putih-Tinggi
Putih-Pendek
Jumlah
Diperoleh (o)
90
28
33
9
160
Diramal (e)
90
30
30
10
160
Deviasi (d)
0
-2
3
-1

d2/e
0
0,13
0,3
0,1

X2
0,13 + 0,3 + 0,1 = 0,53




Tabel X2 :
DB
KEMUNGKINAN

0.99
0.90
0.70
0.50
0.30
0.10
0.05
0.01
0.001
1
0.002
0.016
0.15
0.46
1.07
2.71
3.84
6.64
10.83
2
0.02
0.21
0.71
1.39
2.41
4.61
5.99
9.21
13.82
3
0.12
0.58
1.42
2.37
3.67
6.25
7.84
11.35
16.27
4
0.30
1.06
2.20
3.36
4.88
7.78
9.49
13.28
18.47

Ada 2 kelas fenotip : Putih & merah, berarti derajat bebas (db) = 4 – 1 = 3. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil X2 = 0,53, selanjutnya pada deretan db = 3 tersebut dicari angka 0,53. Dan ternyata angka 0,53 berada diantara angka 0,120,58, berarti lebih kecil dari 7,84. Kemungkinannya terletak diantara 0.900.99, ini lebih besar dari 0.05. Karena nilai kemungkinan > 0.05 maka data percobaan dianggap masih bagus dan masih memenuhi perbandingan 9 : 3 : 3 : 1.



BAB 4
PENUTUP

Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut berdasarkan hukum Mendel rasio fenotipe generasi F2 dari persilangan dihibrid adalah 9 : 3 : 3 : 1.  Dan dari percobaan yang telah dilakukan untuk membuktikan hukum mendel II bahwa hasil percobaan sesuai dengan teori yang ada, setelah semua dihitung dengan menggunakan metode chi-square untuk membuktikan apakah percobaan diterima atau tidak.



DAFTAR PUSTAKA
http://anggamay.blogspot.com/2013/01/laporan-praktikum-imitasi-perbandingan.html

No comments:

Post a Comment