BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia
memiliki potensi yang besar sekali dalam pengembangan pertanian. Sumber daya
alam yang berlimpah serta kondisi iklim Indonesia yang menunjang menjadikan
negara ini memiliki peluang yang besar bagi kemajuan agroindustri. Dalam
memproduksi berbagai produk pertanian, Indonesia masih harus dapat bersaing
dengan negara-negara lain yang juga menitikberatkan perekonomiannya di bidang
agroindustri. Oleh karena itu, komoditi pertanian Indonesia haruslah memiliki
kualitas yang baik serta produktivitas yang tinggi sehingga mampu mengungguli
produk-produk pertanian negara pesaing. Untuk mewujudkan hal itu, maka
diperlukan penerapan precision agriculture dalam proses produksi
berbagai komoditi tersebut.
Precision agriculture merupakan
suatu usaha pertanian dengan pendekatan dan teknologi yang memungkinkan
perlakuan yang teliti (precise treatment) terhadap rantai
agribisnis. Adapun penerapannya dalam bioproses yaitu dengan cara
mengkondisikan lingkungan sistem produksi agar tercipta atmosfer yang menunjang
sehingga produk pertanian yang dihasilkan memiliki kualitas dan produktivitas
yang tinggi serta hasil yang lebih seragam. Salah satu metode pencapaiannya
yaitu dengan cara bercocok tanam secara hidroponik dan menggunakan greenhouse
sebagai tempat budidaya tanaman produksi, terutama untuk komoditi yang
bernilai tinggi disertai penerapan aplikasi teknologi yang dapat menekan biaya
produksi.
Greenhouse merupakan
suatu bangunan yang berfungsi untuk melindungi tanaman dari pengaruh keadaan
lingkungan yang kurang baik, seperti tiupan angin kencang, radiasi matahari
yang terlalu panas bagi tanaman, terpaan hujan, serta melindungi tanaman dari
serangga dan penyakit. Berbagai faktor lingkungan tersebut dapat berpengaruh
pada tanaman, seperti angin kencang ataupun intensitas hujan yang tinggi dapat
menyebabkan kerusakan pada tanaman sehingga pertumbuhan tanaman dapat
terganggu. Dengan menggunakan greenhouse sebagai tempat pembudidayaan
tanaman, maka lingkungan tanaman dapat dikondisikan agar sesuai dengan
kebutuhan dimana tanaman dapat tumbuh dengan baik.
2.
Tujuan
a. Memperdalam
pembelajaran tentang green house
b. Mengetahui
bentuk asli berbagai macam green house
c. Mengetahui
peralatan penunjang kebutuhan green house dan cara merawatnya.
3.
Teknik
Pengambilan Data
a. Mencari
referensi dari internet
b. Mencari
referensi dari E-book
c. Mendapatkan
informasi dari operator green house Balithi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Green House
Rumah kaca atau green house pada
prinsipnya adalah sebuah bangunan yang terdiri atau terbuat dari bahan kaca
atau plastik yang sangat tebal dan menutup diseluruh pemukaan bangunan, baik
atap maupun dindingnya. Didalamnya dilengkapi juga dengan peralatan pengatur
temperature dan kelembaban udara serta distribusi air maupun pupuk. Bangunan
ini tergolong bangunan yang sangat langka dan mahal, karena tidak semua tempat
yang kita jumpai dapat ditemukan bangunan semacam ini. Green house biasanya
hanya dimiliki oleh Perguruan Tinggi atau lembaga pendidikan, Balai Penelitian
dan perusahaan yang bergerak dibidang bisnis perbenihan, bunga dan fresh market
hortikultura. Namun di negara-negara pertanian yang sudah maju seperti USA,
Australia, Jepang dan negara-negara Eropa sebagian besar tanaman
hortikulturanya ditanam di rumah kaca. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
greenhouse di mancanegara sudah umum dilakukan. Bahkan mungkin sudah berpuluh
tahun sebelum negara kita mengadopsi tekhnologi tersebut.
Secara umum green house dapat
didefinisikan sebagai bangun kontruksi dengan atap tembus cahaya yang berfungsi
memanipulasi kondisi lingkungan agar tanaman di dalamnya dapat berkembang
optimal.
Manipulasi lingkungan ini dilakukan
dalam dua hal, yaitu menghindari kondisi lingkungan yang tidak dikehendaki dan
memunculkan kondisi lingkungan yang dikehendaki.
Kondisi lingkungan yang tidak
dikehendaki antara lain :
- Ekses radiasi sinar matahari seperti sinar ultra violet dan sinar infra merah.
- Suhu udara dan kelembaban yang tidak sesuai.
- Kekurangan dan kelebihan curah hujan.
- Gangguan hama dan penyakit.
- Tiupan angin yang terlalu kuat sehingga dapat merobohkan tanaman.
- Tiupan angin dan serangga yang menyebabkan kontaminasi penyerbukan.
- Ekses polutan akibat polusi udara.
Sementara kondisi lingkungan yang
dikehendaki antara lain :
- Kondisi cuaca yang mendukung rentang waktu tanam lebih panjang.
- Mikroklimat seperti suhu, kelembaban dan intensitas cahaya sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman.
- Suplai air dan pupuk dapat dilakukan secara berkala dan terukur.
- Sanitasi lingkungan sehingga tidak kondusif bagi hama dan penyakit.
- Kondisi nyaman bagi terlaksananya aktivitas produksi dan pengawasan mutu.
- Bersih dari ekses lingkungan seperti polutan dan minimnya residu pestisida
- Hilangnya gangguan fisik baik oleh angin maupun hewan.
Manfaat apa saja yang didapat jika
menggunakan green house , hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Pengaturan
jadwal produksi.
Dunia pertanian kita masih demikian
tergantungnya pada keadaan cuaca, bila terjadi perubahan musim, apalagi bila
tidak terprediksi akan menyebabkan sulitnya menentukan jenis tanaman yang akan
diproduksi. Jika musim hujan terlalu panjang akan menyebabkan banyaknya
penyakit termasuk pembusukan akar. Jika musim terlalu kering akan menyebabkan
tanaman kekurangan air, hama juga akan menyerang yang dapat menimbulkan
kerugian. Demikian pula pada saat tertentu suatu komoditas sulit ditemui
mengakibatkan harganya demikian tinggi, sementara pada waktu lain kebanjiran
produk menyebabkan harga anjlok, sehingga kerugian segera tiba.
Untuk itu perlu sekali mengurangi
ketergantungan pada lingkungan luar menggantikan dengan mikroklimat yang
diatur. Dengan demikian dapat dijadwalkan produksi secara mandiri dan
berkesinambungan. Sehingga konsumen tidak perlu kehilangan komoditas yang
dibutuhkan, juga kita tidak perlu membanjiri pasar denganb jenis komoditas yang
sama yang menyebabkan harga anjlok.
2.
Meningkatkan
hasil produksi
Pada luasan areal yang sama tingkat
produksi budidaya di dalam green house lebih tinggi dibandingkan di luar green
house. Karena budidaya di dalam green house kondisi lingkungan dan pemberian
hara dikendalikan sesuai kebutuhan tanaman. Gejala hilangnya hara yang biasa
terjadi pada areal terbuka seperti pencucian dan fiksasi, di dalam green house
diminimalisir. Budidaya tanaman seperti ini dikenal sebagai hidroponik.
Kondisi areal yang beratap dan lebih
tertata menyebabkan pengawasan dapat lebih intensif dilakukan. Bila terjadi
gangguan terhadap tanaman baik karena hama, penyakit ataupun gangguan
fisiologis, dapat dengan segera diketahui untuk diatasi .
3.
Meningkatkan
kualitas produksi
Ekses radiasi matahari seperti sinar UV,
kelebihan temperatur, air hujan, debu, polutan dan residu pestisida akan
mempengaruhi penampilan visual, ukuran dan kebersihan hasil produksi.
Dengan kondisi lingkungan yang
terlindungi dan pemberian nutrisi akurat dan tepat waktu, maka hasil produksi
tanaman akan berkwalitas. Pemasakan berlangsung lebih serentak, sehingga pada
saat panen diperoleh hasil yang lebih seragam, baik ukuran maupun bentuk visual
produk.
4.
Meminimalisasi
pestisida
Green house yang baik selain dirancang
untuk memberikan kondisi mikroklimat ideal bagi tanaman, juga memberikan
perlindungan tanaman terhadap hama dan penyakit. Perlindungan yang umum
dilakukan adalah dengan memasang insect screen pada dinding dan bukaan
ventilasi di bagian atap. Insect screen yang baik tidak dapat dilewati oleh
hama seperti kutu daun.
Pada beberapa green house bagian pintu
masuknya tidak berhubungan langsung dengan lingkungan luar. Ada ruang kecil,
semacam teras transisi yang dibuat untuk menahan hama atau patogen yang terbawa
oleh manusia. Pada lantai ruang ini juga terdapat bak berisi cairan pencuci
hama dan patogen. Untuk pintu dapat ditambahkan lembaran PVC sheet.
5.
Aset
dan performance
Saat ini sangat biasa orang membangun
green house dengan sistem knock down. Dengan cara ini gren house bukanlah aset
mati, manakala karena suatu hal ada perubahan kebijakan, maka struktur green
house tersebut dapat dipindahkan atau mungkin dijual ke pihak lain yang memerlukan
dengan harga yang proporsional.
Dengan adanya green house maka kesan
usaha akan terlihat lebih modern dan padat teknologi. Hal ini tentunya akan
meningkatkan performance petani atau perusahaan yang menggunakannya.
6.
Sarana
agrowisata
Green house banyak juga digunakan
sebagai ruang koleksi berbagai jenis tanaman bernilai tinggi. Di dalam green
house pengunjung dapat melihat berbagai jenis tanaman yang menarik, bahkan
langka, sehingga dapat menjadi daya tarik. Ada yang khusus mengkoleksi kaktus,
anggrek atau berbagai jenis tanaman dengan suasana dibuat seperti di alam
bebas. Di Indonesia green house seperti ini banyak ditemukan di berbagai kebun
raya dan tempat agrowisata.
B.
Jenis Green House
Yang dimaksud dengan jenis green house
adalah pembedaan ragam green house berdasarkan material dominan yang digunakan.
Pembedaan ini akan membawa kita pada perbedaan biaya pembangunan dan umur pakai
green house. Semakin kuat dan awet material yang digunakan, akan semakin besar
biayanya tetapi umur green house akan lebih lama.
Untuk negara kita, green house yang
biasa digunakan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu green house bambu, green
house kayu dan green house besi.
1.
Green
house bambu.
Green house jenis ini umumnya dipakai
sebagai green house produksi. Green house ini secara umum adalah jenis green
house yang paling murah biaya pembuatannya dan banyak dipakai oleh kalangan
petani kita sebagai sarana produksi.
Namun kelemahan dari green house ini
adalah umurnya yang relatif pendek dan bahan materialnya dapat menjadi media
timbulnya hama. Karena kekuatan struktur dan juga masalah biaya, maka green
house bambu atapnya terbatas menggunakan plastik UV.
2.
Green
house kayu
Lebih baik dari green house bambu adalah
gren house dengan material kayu, terutama jenis kayu yang tahan air, seperti
ulin dan bengkirai. Dibanding green house bambu umur pakai green house kayu
biasanya lebih panjang dan kondisi sanitasi lingkungan lebih baik.
Beberapa jenis green house kayu, bagian
dinding bawah dibuat dari pasangan bata yang diplester. Jenis green house ini
bahan atapnya sudah lebih bervariasi bisa plastik, polykarbonat, PVC ataupun
kaca.
3.
Green
house besi.
Dari segi umur pakai dan kwalitas, maka
yang terbaik adalah green house yang menggunakan struktur besi, terlebih besi
yang telah di treatment “hot dipped galvanis”. Struktur yang baik akan
mengurangi frekuensi perawatan; sehingga tidak terjadi stagnan kegiatan.,
walaupun pada keadaan tertentu perlu dilakukan sanitasi, tetapi sanitasi yang
terjadwal.
Dengan struktur yang kuat, maka berbagai
jenis tambahan peralatan / optional dapat dipasangkan pada jenis green house
besi, sehingga penggunaan green house dapat dilakukan secara optimal.
C. Tipe Green House
Type green house dibedakan berdasarkan bentuk bangunan atau desainnya. Bentuk atau desain ini selain berpengaruh pada kekuatan struktur juga sangat berpengaruh pada kondisi mikroklimat di dalam green house.
Secara umum desain green house uintuk daerah tropis berbeda dengan desain di daerah empat musim maupun sub tropis. Kecuali desain green house yang memang dibuat khusus seperti untuk penanaman planlet, induksi akar atau pembuatan stek.
Desain green house daerah tropis ditandai dengan banyaknya bukaan ventilasi. Karena problem utama dari green house di wilayah tropis adalah suhu udara yang terlalu tinggi akibat radiasi sinar infra merah.
Sebaliknya pada daerah sub tropis maupun daerah empat musim desain green house lebih tertutup. Bukaan yang minimal ini dibuituhkan karena pada saat musim dingin udara hangat akibar radiasi infra merah dipertahankan tidak keluar.
Jadi desain sebuah green house sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Bagaimana sebuah green house dapat memberikan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan tanaman terletak pada desainnya.
Pada dasarnya green house dapat dibagi ke dalam 3 type, yaitu :
1. Type Tunnel
Tipe ini dari depan tampak seperti lorong setengah lingkaran. Kelebihannya adalah memiliki struktur sangat kuat. Atapnya yang berbentuk melengkung kebawah merupakan bentuk yang sangat ideal dalam menghadapi terpaan angin. Sementara struktur busur dengan kedua kaki terpendam ketanah memegang bangunan lebih kuat.
Kelemahan dari tipe ini adalah minimnya system ventilasi. Jika digunakan pada daerah tropis dibutuhkan alat tambahan berupa exhaust fan atau cooling system untuk mengalirkan dan menurunkan suhu udara di dalam green house.
2. Tipe Piggy back
Green house tipe ini banyak digunakan di daerah tropis, dapat dikatakan tipe ini adalah tropical green house. Keunggulan tipe ini pada ventilasi udara yang sangat baik. Banyak memiliki struktur bukaan, sehingga memberikan lingkungan mikroklimat yang kondusif bagi pertrumbuhan tanaman.
Selain memiliki keunggulan, banyaknya
struktur bukaan juga merupakan kelemahan dari tipe ini. Pada daerah dengan
tiupan angin yang kuat green house tipe piggy back kurang disarankan. Karena
dengan banyaknya struktur terbuka menyebabkan struktur rentan terhadap terpaan
angin. Selain itu dari segi biaya dengan penggunaan material atap sama, greeen
house type ini relatif lebih mahal dibanding type lain karena penggunaan
material struktur lebih banyak
3. Tipe Campuran ( Single span dan Multispan )
Desain tipe ini boleh dikatakan adalah campuran antara tipe tunnel dengan tipe piggy back. Dari desainnya terlihat tampak, bahwa tipe ini seakan – akan paduan (hybrid) antara tipe tunnel dengan tipe piggy back. Karena itu, maka tipe green house ini memeliki kelebihan dari tipe tunnel dan tipe piggy back, yaitu strukturnya kuat tetapi tetap memiliki ventilasi yang maksimal.
Kelebihan lain dari tipe ini adalah
beberapa unit green house (Single Span) dapat disatukan menjadi satu blok green
house besar (Multispan) dimana hal ini sulit dilakukan pada green house tipe
tunnel.
Dibandingkan tipe piggy back, selain
struktur lebih kuat biaya pembuatan tipe campuran ini lebih hemat. Sehingga
pada bidang kegiatan yang membutuhkan green house luas, maka type multispan
adalah type yang paling sesuai.
D. Bahan Penutup Green House
Perlu diketahui pula bahwa sebagian
besar tanaman yang dibudidayakan pada green house membutuhkan cahaya dengan
panjang gelombang sekitar 400 – 700 nanometer (Photosynthetically Active
Radiation). Hampir semua bahan penutup green house mampu menampung cahaya
tersebut sesuai dengan panjang gelombang yang diinginkan tanaman. Bahan yang
terbuat dari Polyethylene dan fiberglass cenderung membuat cahaya menjadi
tersebar, sementara bahan yang terbuat dari acrylic dan polycarbonate lebih
cenderung meneruskan cahaya yang masuk secara langsung. Cahaya yang sifatnya
menyebar tersebut memberikan keuntungan tersendiri bagi tanaman, dimana dia
bisa mengurangi kelebihan cahaya pada daun-daun tanaman bagian atas dan
memantulkannya pada daun-daun yang ada di bagian bawah sehingga penyebaran
cahaya menjadi lebih merata.
Sebenarnya bentuk-bentuk green house tersebut bermacam-macam mulai dari bentuk sederhana dengan bahan yang paling murah sampai bentuk komplek yang dibentuk dari bahan penutup yang mahal. Adapun bahan penutup atap dapat menggunakan kaca maupun plastik. Bahan yang terbuat dari plastik juga tidak kalah dengan kaca dimana mempunyai kelebihan antara lain : tahan pecah, bentuknya bisa disesuaikan dengan bermacam design, dan sangat mudah digunakan. Beberapa tipe plastik yang biasa digunakan sebagai penutup green house antara lain :
1. Acrylic
Acrylic sangat tahan terhadap perubahan cuaca , tahan pecah serta sangat transparan. Penyerapan sinar ultra violet yang berasal dari matahari lebih tinggi dibandingkan dengan bahan yang terbuat dari kaca. Penggunaan acrylic sebanyak dua lapis mampu menghantarkan sekitar 83 % cahaya dan mengurangi kehilangan panas sekitar 20-40% dibandingkan penggunaan 1 lapis. Bahan ini tidak akan menguning walaupun digunakan dalam waktu yang lama. Namun kekurangan dari bahan acrylic adalah : mudah terbakar,sangat mahal, dan sangat mudah tergores/tidak tahan gores.
2. Polycarbonate
Polycarbonate memiliki ciri-ciri : lebih tahan, lebih fleksibel, lebih tipis, serta lebih murah dibandingkan acrylic. Penggunaan dua lapis polycarbonate mampu menghantarkan cahaya sekitar 75-80 % dan mengurangi kehilangan panas sekitar 40% dibandingkan satu lapis. Namun bahan ini sangat mudah tergores, mudah memuai, gampang menguning, dan akan membuat lapisan kurang transparan dalam waktu satu tahun (meskipun kini hadir jenis baru yang tidak cepat menguning).
3. Fiberglass Reinforced Polyester
Bahan ini memiliki sifat-sifat : lebih tahan lama, penampilannya menarik, harganya terjangkau dibandingkan kaca, serta FRP ini lebih tahan pengaruh perubahan cuaca. Bahan plastik ini mudah sekali dibentuk menjadi bentuk bergelombang maupun berupa lempengan. Meskipun demikian kekurangannya adalah bahan ini mudah memuai.
4. Polyethylene film
Bahan ini sangat murah dibandingkan dengan bahan lainnya namun sifatnya hanya sementara (kurang tahan lama), bentuknya kurang menarik, serta membutuhkan penanganan maupun perawatan yang lebih intensif . Selain itu, bahan ini juga mudah sekali rusak oleh sengatan cahaya matahari, walaupun mampu bertahan minimal 1 – 2 tahun dengan perawatan lebih intensif. Dikarenakan bahan ini berupa lembaran lebar sehingga tidak membutuhkan kerangka yang lebih banyak dan bisa menghantarkan cahaya paling besar.
5. Polyvinyl cholride film
Bahan ini mempunyai sifat penghantar emisi yang sangat besar untuk cahaya dengan panjang gelombang yang besar, dimana bahan ini mampu menciptakan temperatur udara yang cukup tinggi pada malam hari dan bisa berfungsi sebagai penghalang sinar ultra violet. Bahan ini lebih mahal dibandingkan polyethylene film dan cenderung mudah kotor, yang mana harus terus dilakukan pembersihan agar didapatkan penghantaran cahaya yang lebih baik.
Untuk model atap ada yang berbentuk melengkung dan ada yang berbentuk lancip. Tinggi dinding yang baik mencapai 6 sampai 9 meter, tergantung crop yang akan diproduksi atau tergantung pada tujuannya. Bahan dinding beserta atapnya dapat dari kaca maupun plastik yang tebal yang tidak mudah sobek dan cara pemasanganya dimulai dari atapnya dulu, kalau sudah selesai baru dinding. Pintu dari green house harus dibuat serapat mungkin sehingga tidak memberikan kesempatan bagi udara luar untuk masuk kedalam green house. Setelah dinding dan atap terpasang kaca atau plastik, kita dapat memasang sistem irigasi dengan menggunakan pipa secara sistematis yang dapat kita kendalikan, serta diberi bak pengontrol untuk mengontrol masuk dan keluarnya air dari dalam dan keluar dari green house. Untuk bagian dalam green house ada 2 jenis, yaitu diplester dengan semen, ini hanya untuk green house yang penanamannya menggunakan media pot atau plastik polybag atau percobaan hydroponik tetapi ada juga yang dalamnya berupa tanah seperti yang ada dilahan persawahan, hal ini bertujuan untuk budidaya sayuran, buah-buahan dan bunga yang akan dibuat petakan atau bedengan. Bahkan bedengan ini ada juga yang diberi mulsa sama seperti tehnik budidaya tanaman pada umumnya. Tetapi dengan green house pengawasan terhadap tanaman baik temperature, kelembaban, kebutuhan air, kebutuhan hara bahkan pengendalian hama dan penyakitnya dapat dikontrol dengan sebaik-baiknya.
Untuk jangka panjang pembudidayaan tanaman
dengan green house sangat menguntungkan khususnya untuk bisnis fresh market
hortikultura karena kita mampu berproduksi sepanjang masa tidak tergantung pada
cuaca atau musim bahkan kualitas produk.
BAB III
METODOLOGI
1.
Waktu
dan Tempat
Waktu pelaksanaan
kunjungan ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 16 oktober 2013, tempat yang
dikunjungi yaitu BALITHI (Balai Penelitian Tanaman Hias).
2.
Sejarah
Balithi
Balai Penelitian
Tanaman Hias (Balithi) terbentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian
Nomor : 796/Kpts/OT/210/12/1994 tanggal 13 Desember 1994. Balai Penelitian
Tanaman Hias merupakan unit pelaksana teknis bidang penelitian tanaman hias di
bawah koordinasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, dengan struktur organisasi, I eselon
III, 3 eselon IV dan 6 eselon V serta jabatan fungsional lainnya.
Balai Penelitian
Tanaman Hias dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai unit
pelaksana teknis berlokasi di Pasarminggu Jakarta, membawahi 2 (dua) instalasi
yaitu Instalasi Tanaman Hias Cipanas dan Instalasi Tanaman Hias Segunung.
Selama kurun waktu 7
(tujuh) tahun (1995 - 2001) Balai Penelitian Tanaman Hias telah menghasilkan
teknologi varietas unggul tanaman hias, antara lain krisan, mawar dan gladiol.
Kegiatan Balai Penelitian Tanaman Hias terus berkembang, hasilnya telah
dilakukan melalui komersialisasi hasil penelitian dengan bekerjasama diantara
Dinas, Instansi Pemerintah, Perguruan Tinggi serta Perusahaan Swasta lainnya.
Mulai tahun 2001 Balai
Penelitian Tanaman Hias berpindah tempat dari Pasarminggu Jakarta ke Segunung
yaitu Jl. Raya Ciherang Pacet Cianjur. Kegiatan penelitian
terus berjalan seiring dengan perubahan-perubahan tugas pokok dan fungsi
sebagai unit pelaksana teknis.
Pada
bulan Januari 2002 sesuai Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 63/Kpts/OT.210/1/2002
tanggal 29 Januari 2002 ditetapkan kembali tugas pokok dan fungsi Balai
Penelitian Tanaman Hias yaitu sebagai unit pelaksana teknis di bidang
penelitian dan pengembangan berada di bawah tanggung jawab langsung Kepala
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.
Struktur
Organisasi Balai Penelitian Tanaman HIas tahun 2002 terdapat perubahan menjadi
1 eselon III, 3 eselon IV serta kelompok jabatan fungsional lainnya didukung 3
Kebun Percobaan antara lain : 1. kebun Percobaan Tanaman Hias Cipanas (eks
Instalasi Tanaman Hias Cipanas), 2. Kebun Percobaan Tanaman Hias Segunung (eks
Instalasi Tanaman Hias Segunung) dan 3. Kebun Percobaan Tanaman Hias
Pasarminggu Jakarta (eks Balai Penelitian Tanaman Hias Jakarta).
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
1. Hasil
Di
Balithi (Balai Penelitian Tanaman Hias) jumlah green house sekitar dua puluh,
dan semuanya berbeda-beda macam, tipe dan jenisnya, green house yang saya
kunjungi hanya dua green house, diantaranya:
1.
Green house ini berjenis green house besi,
karena kerangka atas dan sampingnya terbuat dari besi, lalu pinggir green
house/dinding green house dilapisi bata yang menunjang nempelnya
jendela-jendela yang yang banyak.
Tipe
green house ini bertipe campuran, karena atapnya seperti tipe tunnel sedangkan
struktur green housenya berbentuk tipe piggy back. Atap atas terbuat dari
polikarbonat, sedangkan di dalamnya dilapisi kembali menggunakan paranet 60-70%
supaya sinar yang tembus ke dalam green house tidak terlalu panas.
Di
dalam green house ini terdapat springkle, yang berfungsi sebagai pengairan
secara otomatis, tanaman di dalam green house ini di siram dua kali dalam
sehari (pagi dan siang).
2.
Green
house ini berjenis green house besi, karena kerangka green house ini terbuat
dari pipa besi. Dinding bawah dilapisi bata sedikit, lalu dinding atasnya
menggunakan kaca, dengan ketebalan kaca 5 mm.
Tipe
green house ini adalah tipe piggy back, karena strukturnya yang sama dengan
piggy back. Atap green house ini menggunakan kaca dan didalamnya dilapisi oleh
paranet 60-70%. Suhu di dalam green house ini rata-rata 20oC.
Didalam green
house ini terdapat springkle, yang berfungsi sebagai cara penyiraman secara
otomatis menggunakan pompa air.
2. Pembahasan
Pada tahun 2005 green house di
balithi mengalami tiga kali renovasi dan green house di sana tahan sampai 10
tahun, setelah itu baru diperbaiki konstur yang sudah mulai rusak, seperti
besinya mulai rapuh atau berkarat, kayu yang mulai rapuh, dll.
Perawatan green housenya selama 6
bulan sekali, seperti membersihkan atap kaca menggunakan alat khusus. Apabila
kaca tidak dibersihkan maka sinar yang masuk kedalam akan berkurang.
Manfaat dari green house ini untuk
tanaman salah satunya adalah menekan hama dan penyakit sampai 80%. Dan kelemahan
green house di balithi adalah jarak antara green house terlalu dekat, yaitu
sekitar 6 meter, sehingga ketika matahari dari timur bersinar, maka green house
yang berada di sebelah barat tertutup oleh green house yang berada
disebelahnya. Semua posisi green house di balithi menghadap utara-selatan.
Ketinggian tempat di balithi sekitar
1000-1100 mdpl, sehingga kebanyakan udara disana dingin, sehingga jarang
membutuhkan blower, tetapi apabila udara panas datang dan suhu tinggi, maka
bisa di netralkan lagi dengan cara menyalakan springkle ke seluruh area green
house.
Menurut referensi ada 6 manfaat
green house, diantaranya (a.) pengaturan
jadwal produksi, itu benar karena kondisi lingkungan yang di manipulasi,
(b.) meningkatkan hasil produksi,
karena faktor yang menyebabkan kegagalan dalam produksinya, yaitu hama dan
penyakit ditekan sampai 80%. (c.) Meningkatkan
kualitas produk, karena produk dengan mudahnya dirawat tanpa harus
panas-panasan. (d.) meminimalisasi
pestisida, karena hama dan penyakitnya pun sedikit, bahkan sampai tidak
ada. (e.) aset dan performance,
karena green house bisa tahan lama, dan apabila dijual harganya akan tinggi.
(f.) sarana agrowisata, karena
struktur yang bagus dan hasil tanaman yang dibudidayakan bagus, sehingga
membuat orang ingin berkunjung kesana.
Jenis green house di balithi yang
saya lihat, hanya ada jenis besi dan kayu, tidak ada berjenis bambu. Mungkin
karena umur green house dari bambu hanya sebentar atau hal yang lainnya.
Semua tipe green house disana ada,
dari mulai tipe tunnel, piggy back dan campuran. Operator disana menyebutnya
green house segitiga, segiempat, bahkan sampai segienam. Kebanyakan tipe disana
bertipe campuran.
Bahan penutup green house di balithi
yang paling murah adalah dari policarbonat dan bahan yang paling banyak
digunakan adalah berbahan kaca.
Ada
beberapa macam green house yang lain yang saya foto, diantaranya sebagai
berikut:
BAB V
KESIMPULAN
Green
house memang benar berfungsi memanipulasi lingkungan menjadi yang dikehendaki
sesuai keinginan kita, green house adalah jalan alternatif lain bagi petani
yang ingin berbudidaya tanaman supaya menghasilkan kualitas tinggi.
Green house tidak akan bekerja maksimal tanpa peralatan
yang menunjang didalamnya, seperti springkle, paranet, dll.
Dan green house tidak akan bekerja optimal tanpa
perawatan secara terus-menerus dari operator yang menggunakan green house
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://balithi.litbang.deptan.go.id/index.php?bawaan=berita/daftar_berita&id_menu=2&id_submenu=9
LAMPIRAN FOTO-FOTO
No comments:
Post a Comment