Selamat Datang di Blog Horti Fresh

Tuesday 26 November 2013

Laporan kunjungan ke Balithi (Green House)



BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi yang besar sekali dalam pengembangan pertanian. Sumber daya alam yang berlimpah serta kondisi iklim Indonesia yang menunjang menjadikan negara ini memiliki peluang yang besar bagi kemajuan agroindustri. Dalam memproduksi berbagai produk pertanian, Indonesia masih harus dapat bersaing dengan negara-negara lain yang juga menitikberatkan perekonomiannya di bidang agroindustri. Oleh karena itu, komoditi pertanian Indonesia haruslah memiliki kualitas yang baik serta produktivitas yang tinggi sehingga mampu mengungguli produk-produk pertanian negara pesaing. Untuk mewujudkan hal itu, maka diperlukan penerapan precision agriculture dalam proses produksi berbagai komoditi tersebut.
Precision agriculture merupakan suatu usaha pertanian dengan pendekatan dan teknologi yang memungkinkan perlakuan yang teliti (precise treatment) terhadap rantai agribisnis. Adapun penerapannya dalam bioproses yaitu dengan cara mengkondisikan lingkungan sistem produksi agar tercipta atmosfer yang menunjang sehingga produk pertanian yang dihasilkan memiliki kualitas dan produktivitas yang tinggi serta hasil yang lebih seragam. Salah satu metode pencapaiannya yaitu dengan cara bercocok tanam secara hidroponik dan menggunakan greenhouse sebagai tempat budidaya tanaman produksi, terutama untuk komoditi yang bernilai tinggi disertai penerapan aplikasi teknologi yang dapat menekan biaya produksi.
Greenhouse merupakan suatu bangunan yang berfungsi untuk melindungi tanaman dari pengaruh keadaan lingkungan yang kurang baik, seperti tiupan angin kencang, radiasi matahari yang terlalu panas bagi tanaman, terpaan hujan, serta melindungi tanaman dari serangga dan penyakit. Berbagai faktor lingkungan tersebut dapat berpengaruh pada tanaman, seperti angin kencang ataupun intensitas hujan yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman sehingga pertumbuhan tanaman dapat terganggu. Dengan menggunakan greenhouse sebagai tempat pembudidayaan tanaman, maka lingkungan tanaman dapat dikondisikan agar sesuai dengan kebutuhan dimana tanaman dapat tumbuh dengan baik.

2.      Tujuan
a.       Memperdalam pembelajaran tentang green house
b.      Mengetahui bentuk asli berbagai macam green house
c.       Mengetahui peralatan penunjang kebutuhan green house dan cara merawatnya.

3.      Teknik Pengambilan Data
a.       Mencari referensi dari internet
b.      Mencari referensi dari E-book
c.       Mendapatkan informasi dari operator green house Balithi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengertian Green House
Rumah kaca atau green house pada prinsipnya adalah sebuah bangunan yang terdiri atau terbuat dari bahan kaca atau plastik yang sangat tebal dan menutup diseluruh pemukaan bangunan, baik atap maupun dindingnya. Didalamnya dilengkapi juga dengan peralatan pengatur temperature dan kelembaban udara serta distribusi air maupun pupuk. Bangunan ini tergolong bangunan yang sangat langka dan mahal, karena tidak semua tempat yang kita jumpai dapat ditemukan bangunan semacam ini. Green house biasanya hanya dimiliki oleh Perguruan Tinggi atau lembaga pendidikan, Balai Penelitian dan perusahaan yang bergerak dibidang bisnis perbenihan, bunga dan fresh market hortikultura. Namun di negara-negara pertanian yang sudah maju seperti USA, Australia, Jepang dan negara-negara Eropa sebagian besar tanaman hortikulturanya ditanam di rumah kaca. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan greenhouse di mancanegara sudah umum dilakukan. Bahkan mungkin sudah berpuluh tahun sebelum negara kita mengadopsi tekhnologi tersebut.
Secara umum green house dapat didefinisikan sebagai bangun kontruksi dengan atap tembus cahaya yang berfungsi memanipulasi kondisi lingkungan agar tanaman di dalamnya dapat berkembang optimal. 
Manipulasi lingkungan ini dilakukan dalam dua hal, yaitu menghindari kondisi lingkungan yang tidak dikehendaki dan memunculkan kondisi lingkungan yang dikehendaki. 
Kondisi lingkungan yang tidak dikehendaki antara lain :
  1. Ekses radiasi sinar matahari seperti sinar ultra violet dan sinar infra merah.
  2. Suhu udara dan kelembaban yang tidak sesuai.
  3. Kekurangan dan kelebihan curah hujan. 
  4. Gangguan hama dan penyakit.
  5. Tiupan angin yang terlalu kuat sehingga dapat merobohkan tanaman.
  6. Tiupan angin dan serangga yang menyebabkan kontaminasi penyerbukan.
  7. Ekses polutan akibat polusi udara.
Sementara kondisi lingkungan yang dikehendaki antara lain :
  1. Kondisi cuaca yang mendukung rentang waktu tanam lebih panjang.
  2. Mikroklimat seperti suhu, kelembaban dan intensitas cahaya sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman.
  3. Suplai air dan pupuk dapat dilakukan secara berkala dan terukur.
  4. Sanitasi lingkungan sehingga tidak kondusif bagi hama dan penyakit. 
  5. Kondisi nyaman bagi terlaksananya aktivitas produksi dan pengawasan mutu.
  6. Bersih dari ekses lingkungan seperti polutan dan minimnya residu pestisida
  7. Hilangnya gangguan fisik baik oleh angin maupun hewan.

Manfaat apa saja yang didapat jika menggunakan green house , hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.      Pengaturan jadwal produksi.
Dunia pertanian kita masih demikian tergantungnya pada keadaan cuaca, bila terjadi perubahan musim, apalagi bila tidak terprediksi akan menyebabkan sulitnya menentukan jenis tanaman yang akan diproduksi. Jika musim hujan terlalu panjang akan menyebabkan banyaknya penyakit termasuk pembusukan akar. Jika musim terlalu kering akan menyebabkan tanaman kekurangan air, hama juga akan menyerang yang dapat menimbulkan kerugian.  Demikian pula pada saat tertentu suatu komoditas sulit ditemui mengakibatkan harganya demikian tinggi, sementara pada waktu lain kebanjiran produk menyebabkan harga anjlok, sehingga kerugian segera tiba.
Untuk itu perlu sekali mengurangi ketergantungan pada lingkungan luar menggantikan dengan mikroklimat yang diatur. Dengan demikian dapat dijadwalkan produksi secara mandiri dan berkesinambungan. Sehingga konsumen tidak perlu kehilangan komoditas yang dibutuhkan, juga kita tidak perlu membanjiri pasar denganb jenis komoditas yang sama yang menyebabkan harga anjlok.
2.      Meningkatkan hasil produksi
Pada luasan areal yang sama tingkat produksi budidaya di dalam green house lebih tinggi dibandingkan di luar green house. Karena budidaya di dalam green house kondisi lingkungan dan pemberian hara dikendalikan sesuai kebutuhan tanaman. Gejala hilangnya hara yang biasa terjadi pada areal terbuka seperti pencucian dan fiksasi, di dalam green house diminimalisir. Budidaya tanaman seperti ini dikenal sebagai hidroponik.
Kondisi areal yang beratap dan lebih tertata menyebabkan pengawasan dapat lebih intensif dilakukan. Bila terjadi gangguan terhadap tanaman baik karena hama, penyakit ataupun gangguan fisiologis, dapat dengan segera diketahui untuk diatasi .
3.      Meningkatkan kualitas produksi
Ekses radiasi matahari seperti sinar UV, kelebihan temperatur, air hujan, debu, polutan dan residu pestisida akan mempengaruhi penampilan visual, ukuran dan kebersihan hasil produksi.
Dengan kondisi lingkungan yang terlindungi dan pemberian nutrisi akurat dan tepat waktu, maka hasil produksi tanaman akan berkwalitas. Pemasakan berlangsung lebih serentak, sehingga pada saat panen diperoleh hasil yang lebih seragam, baik ukuran maupun bentuk visual produk. 
4.      Meminimalisasi pestisida
Green house yang baik selain dirancang untuk memberikan kondisi mikroklimat ideal bagi tanaman, juga memberikan perlindungan tanaman terhadap hama dan penyakit. Perlindungan yang umum dilakukan adalah dengan memasang insect screen pada dinding dan bukaan ventilasi di bagian atap. Insect screen yang baik tidak dapat dilewati oleh hama seperti kutu daun.
Pada beberapa green house bagian pintu masuknya tidak berhubungan langsung dengan lingkungan luar. Ada ruang kecil, semacam teras transisi yang dibuat untuk menahan hama atau patogen yang terbawa oleh manusia. Pada lantai ruang ini juga terdapat bak berisi cairan pencuci hama dan patogen. Untuk pintu dapat ditambahkan lembaran PVC sheet. 
5.      Aset dan performance
Saat ini sangat biasa orang membangun green house dengan sistem knock down. Dengan cara ini gren house bukanlah aset mati, manakala karena suatu hal ada perubahan kebijakan, maka struktur green house tersebut dapat dipindahkan atau mungkin dijual ke pihak lain yang memerlukan dengan harga yang proporsional.
Dengan adanya green house maka kesan usaha akan terlihat lebih modern dan padat teknologi. Hal ini tentunya akan meningkatkan performance petani atau perusahaan yang menggunakannya. 
6.      Sarana agrowisata
Green house banyak juga digunakan sebagai ruang koleksi berbagai jenis tanaman bernilai tinggi. Di dalam green house pengunjung dapat melihat berbagai jenis tanaman yang menarik, bahkan langka, sehingga dapat menjadi daya tarik. Ada yang khusus mengkoleksi kaktus, anggrek atau berbagai jenis tanaman dengan suasana dibuat seperti di alam bebas. Di Indonesia green house seperti ini banyak ditemukan di berbagai kebun raya dan tempat agrowisata.
B.     Jenis Green House
Yang dimaksud dengan jenis green house adalah pembedaan ragam green house berdasarkan material dominan yang digunakan. Pembedaan ini akan membawa kita pada perbedaan biaya pembangunan dan umur pakai green house. Semakin kuat dan awet material yang digunakan, akan semakin besar biayanya tetapi umur green house akan lebih lama.
Untuk negara kita, green house yang biasa digunakan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu green house bambu, green house kayu dan green house besi.
1.      Green house bambu.
Green house jenis ini umumnya dipakai sebagai green house produksi. Green house ini secara umum adalah jenis green house yang paling murah biaya pembuatannya dan banyak dipakai oleh kalangan petani kita sebagai sarana produksi.
Namun kelemahan dari green house ini adalah umurnya yang relatif pendek dan bahan materialnya dapat menjadi media timbulnya hama. Karena kekuatan struktur dan juga masalah biaya, maka green house bambu atapnya terbatas menggunakan plastik UV.
2.      Green house kayu
Lebih baik dari green house bambu adalah gren house dengan material kayu, terutama jenis kayu yang tahan air, seperti ulin dan bengkirai. Dibanding green house bambu umur pakai green house kayu biasanya lebih panjang dan kondisi sanitasi lingkungan lebih baik.
Beberapa jenis green house kayu, bagian dinding bawah dibuat dari pasangan bata yang diplester. Jenis green house ini bahan atapnya sudah lebih bervariasi bisa plastik, polykarbonat, PVC ataupun kaca.
3.      Green house besi.
Dari segi umur pakai dan kwalitas, maka yang terbaik adalah green house yang menggunakan struktur besi, terlebih besi yang telah di treatment “hot dipped galvanis”. Struktur yang baik akan mengurangi frekuensi perawatan; sehingga tidak terjadi stagnan kegiatan., walaupun pada keadaan tertentu perlu dilakukan sanitasi, tetapi sanitasi yang terjadwal.
Dengan struktur yang kuat, maka berbagai jenis tambahan peralatan / optional dapat dipasangkan pada jenis green house besi, sehingga penggunaan green house dapat dilakukan secara optimal.

C.    Tipe Green House

Type green house dibedakan berdasarkan bentuk bangunan atau desainnya. Bentuk atau desain ini selain berpengaruh pada kekuatan struktur juga sangat berpengaruh pada kondisi mikroklimat di dalam green house.

Secara umum desain green house uintuk daerah tropis berbeda dengan desain di daerah empat musim maupun sub tropis. Kecuali desain green house yang memang dibuat khusus seperti untuk penanaman planlet, induksi akar atau pembuatan stek.

Desain green house daerah tropis ditandai dengan banyaknya bukaan ventilasi. Karena problem utama dari green house di wilayah tropis adalah suhu udara yang terlalu tinggi akibat radiasi sinar infra merah. 

Sebaliknya pada daerah sub tropis maupun daerah empat musim desain green house lebih tertutup. Bukaan yang minimal ini dibuituhkan karena pada saat musim dingin udara hangat akibar radiasi infra merah dipertahankan tidak keluar. 

Jadi desain sebuah green house sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Bagaimana sebuah green house dapat memberikan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan tanaman terletak pada desainnya. 

Pada dasarnya green house dapat dibagi ke dalam 3 type, yaitu : 

1.      Type Tunnel

Tipe ini dari depan tampak seperti lorong setengah lingkaran. Kelebihannya adalah memiliki struktur sangat kuat. Atapnya yang berbentuk melengkung kebawah merupakan bentuk yang sangat ideal dalam menghadapi terpaan angin. Sementara struktur busur dengan kedua kaki terpendam ketanah memegang bangunan lebih kuat. 

Kelemahan dari tipe ini adalah minimnya system ventilasi. Jika digunakan pada daerah tropis dibutuhkan alat tambahan berupa exhaust fan atau cooling system untuk mengalirkan dan menurunkan suhu udara di dalam green house.

2.      Tipe Piggy back

Green house tipe ini banyak digunakan di daerah tropis, dapat dikatakan tipe ini adalah tropical green house. Keunggulan tipe ini pada ventilasi udara yang sangat baik. Banyak memiliki struktur bukaan, sehingga memberikan lingkungan mikroklimat yang kondusif bagi pertrumbuhan tanaman. 

Selain memiliki keunggulan, banyaknya struktur bukaan juga merupakan kelemahan dari tipe ini. Pada daerah dengan tiupan angin yang kuat green house tipe piggy back kurang disarankan. Karena dengan banyaknya struktur terbuka menyebabkan struktur rentan terhadap terpaan angin. Selain itu dari segi biaya dengan penggunaan material atap sama, greeen house type ini relatif lebih mahal dibanding type lain karena penggunaan material struktur lebih banyak

3.      Tipe Campuran ( Single span dan Multispan )

Desain tipe ini boleh dikatakan adalah campuran antara tipe tunnel dengan tipe piggy back. Dari desainnya terlihat tampak, bahwa tipe ini seakan – akan paduan (hybrid) antara tipe tunnel dengan tipe piggy back. Karena itu, maka tipe green house ini memeliki kelebihan dari tipe tunnel dan tipe piggy back, yaitu strukturnya kuat tetapi tetap memiliki ventilasi yang maksimal.

Kelebihan lain dari tipe ini adalah beberapa unit green house (Single Span) dapat disatukan menjadi satu blok green house besar (Multispan) dimana hal ini sulit dilakukan pada green house tipe tunnel.
Dibandingkan tipe piggy back, selain struktur lebih kuat biaya pembuatan tipe campuran ini lebih hemat. Sehingga pada bidang kegiatan yang membutuhkan green house luas, maka type multispan adalah type yang paling sesuai.

D.    Bahan Penutup Green House

Perlu diketahui pula bahwa sebagian besar tanaman yang dibudidayakan pada green house membutuhkan cahaya dengan panjang gelombang sekitar 400 – 700 nanometer (Photosynthetically Active Radiation). Hampir semua bahan penutup green house mampu menampung cahaya tersebut sesuai dengan panjang gelombang yang diinginkan tanaman. Bahan yang terbuat dari Polyethylene dan fiberglass cenderung membuat cahaya menjadi tersebar, sementara bahan yang terbuat dari acrylic dan polycarbonate lebih cenderung meneruskan cahaya yang masuk secara langsung. Cahaya yang sifatnya menyebar tersebut memberikan keuntungan tersendiri bagi tanaman, dimana dia bisa mengurangi kelebihan cahaya pada daun-daun tanaman bagian atas dan memantulkannya pada daun-daun yang ada di bagian bawah sehingga penyebaran cahaya menjadi lebih merata.

Sebenarnya bentuk-bentuk green house tersebut bermacam-macam mulai dari bentuk sederhana dengan bahan yang paling murah sampai bentuk komplek yang dibentuk dari bahan penutup yang mahal. Adapun bahan penutup atap dapat menggunakan kaca maupun plastik. Bahan yang terbuat dari plastik juga tidak kalah dengan kaca dimana mempunyai kelebihan antara lain : tahan pecah, bentuknya bisa disesuaikan dengan bermacam design, dan sangat mudah digunakan. Beberapa tipe plastik yang biasa digunakan sebagai penutup green house antara lain :

1.      Acrylic

Acrylic sangat tahan terhadap perubahan cuaca , tahan pecah serta sangat transparan. Penyerapan sinar ultra violet yang berasal dari matahari lebih tinggi dibandingkan dengan bahan yang terbuat dari kaca. Penggunaan acrylic sebanyak dua lapis mampu menghantarkan sekitar 83 % cahaya dan mengurangi kehilangan panas sekitar 20-40% dibandingkan penggunaan 1 lapis. Bahan ini tidak akan menguning walaupun digunakan dalam waktu yang lama. Namun kekurangan dari bahan acrylic adalah : mudah terbakar,sangat mahal, dan sangat mudah tergores/tidak tahan gores.

2.      Polycarbonate

Polycarbonate memiliki ciri-ciri : lebih tahan, lebih fleksibel, lebih tipis, serta lebih murah dibandingkan acrylic. Penggunaan dua lapis polycarbonate mampu menghantarkan cahaya sekitar 75-80 % dan mengurangi kehilangan panas sekitar 40% dibandingkan satu lapis. Namun bahan ini sangat mudah tergores, mudah memuai, gampang menguning, dan akan membuat lapisan kurang transparan dalam waktu satu tahun (meskipun kini hadir jenis baru yang tidak cepat menguning).

3.      Fiberglass Reinforced Polyester

Bahan ini memiliki sifat-sifat : lebih tahan lama, penampilannya menarik, harganya terjangkau dibandingkan kaca, serta FRP ini lebih tahan pengaruh perubahan cuaca. Bahan plastik ini mudah sekali dibentuk menjadi bentuk bergelombang maupun berupa lempengan. Meskipun demikian kekurangannya adalah bahan ini mudah memuai.

4.      Polyethylene film

Bahan ini sangat murah dibandingkan dengan bahan lainnya namun sifatnya hanya sementara (kurang tahan lama), bentuknya kurang menarik, serta membutuhkan penanganan maupun perawatan yang lebih intensif . Selain itu, bahan ini juga mudah sekali rusak oleh sengatan cahaya matahari, walaupun mampu bertahan minimal 1 – 2 tahun dengan perawatan lebih intensif. Dikarenakan bahan ini berupa lembaran lebar sehingga tidak membutuhkan kerangka yang lebih banyak dan bisa menghantarkan cahaya paling besar.


5.      Polyvinyl cholride film

Bahan ini mempunyai sifat penghantar emisi yang sangat besar untuk cahaya dengan panjang gelombang yang besar, dimana bahan ini mampu menciptakan temperatur udara yang cukup tinggi pada malam hari dan bisa berfungsi sebagai penghalang sinar ultra violet. Bahan ini lebih mahal dibandingkan polyethylene film dan cenderung mudah kotor, yang mana harus terus dilakukan pembersihan agar didapatkan penghantaran cahaya yang lebih baik.

Untuk model atap ada yang berbentuk melengkung dan ada yang berbentuk lancip. Tinggi dinding yang baik mencapai 6 sampai 9 meter, tergantung crop yang akan diproduksi atau tergantung pada tujuannya. Bahan dinding beserta atapnya dapat dari kaca maupun plastik yang tebal yang tidak mudah sobek dan cara pemasanganya dimulai dari atapnya dulu, kalau sudah selesai baru dinding. Pintu dari green house harus dibuat serapat mungkin sehingga tidak memberikan kesempatan bagi udara luar untuk masuk kedalam green house. Setelah dinding dan atap terpasang kaca atau plastik, kita dapat memasang sistem irigasi dengan menggunakan pipa secara sistematis yang dapat kita kendalikan, serta diberi bak pengontrol untuk mengontrol masuk dan keluarnya air dari dalam dan keluar dari green house. Untuk bagian dalam green house ada 2 jenis, yaitu diplester dengan semen, ini hanya untuk green house yang penanamannya menggunakan media pot atau plastik polybag atau percobaan hydroponik tetapi ada juga yang dalamnya berupa tanah seperti yang ada dilahan persawahan, hal ini bertujuan untuk budidaya sayuran, buah-buahan dan bunga yang akan dibuat petakan atau bedengan. Bahkan bedengan ini ada juga yang diberi mulsa sama seperti tehnik budidaya tanaman pada umumnya. Tetapi dengan green house pengawasan terhadap tanaman baik temperature, kelembaban, kebutuhan air, kebutuhan hara bahkan pengendalian hama dan penyakitnya dapat dikontrol dengan sebaik-baiknya.

Untuk jangka panjang pembudidayaan tanaman dengan green house sangat menguntungkan khususnya untuk bisnis fresh market hortikultura karena kita mampu berproduksi sepanjang masa tidak tergantung pada cuaca atau musim bahkan kualitas produk.

BAB III
METODOLOGI
1.      Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan kunjungan ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 16 oktober 2013, tempat yang dikunjungi yaitu BALITHI (Balai Penelitian Tanaman Hias).

2.      Sejarah Balithi
Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) terbentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 796/Kpts/OT/210/12/1994 tanggal 13 Desember 1994. Balai Penelitian Tanaman Hias merupakan unit pelaksana teknis bidang penelitian tanaman hias di bawah koordinasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, dengan struktur organisasi, I eselon III, 3 eselon IV dan 6 eselon V serta jabatan fungsional lainnya.
Balai Penelitian Tanaman Hias dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai unit pelaksana teknis berlokasi di Pasarminggu Jakarta, membawahi 2 (dua) instalasi yaitu Instalasi Tanaman Hias Cipanas dan Instalasi Tanaman Hias Segunung.
Selama kurun waktu 7 (tujuh) tahun (1995 - 2001) Balai Penelitian Tanaman Hias telah menghasilkan teknologi varietas unggul tanaman hias, antara lain krisan, mawar dan gladiol. Kegiatan Balai Penelitian Tanaman Hias terus berkembang, hasilnya telah dilakukan melalui komersialisasi hasil penelitian dengan bekerjasama diantara Dinas, Instansi Pemerintah, Perguruan Tinggi serta Perusahaan Swasta lainnya.
Mulai tahun 2001 Balai Penelitian Tanaman Hias berpindah tempat dari Pasarminggu Jakarta ke Segunung yaitu Jl. Raya Ciherang Pacet Cianjur. Kegiatan penelitian terus berjalan seiring dengan perubahan-perubahan tugas pokok dan fungsi sebagai unit pelaksana teknis.
Pada bulan Januari 2002 sesuai Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 63/Kpts/OT.210/1/2002 tanggal 29 Januari 2002 ditetapkan kembali tugas pokok dan fungsi Balai Penelitian Tanaman Hias yaitu sebagai unit pelaksana teknis di bidang penelitian dan pengembangan berada di bawah tanggung jawab langsung Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.
Struktur Organisasi Balai Penelitian Tanaman HIas tahun 2002 terdapat perubahan menjadi 1 eselon III, 3 eselon IV serta kelompok jabatan fungsional lainnya didukung 3 Kebun Percobaan antara lain : 1. kebun Percobaan Tanaman Hias Cipanas (eks Instalasi Tanaman Hias Cipanas), 2. Kebun Percobaan Tanaman Hias Segunung (eks Instalasi Tanaman Hias Segunung) dan 3. Kebun Percobaan Tanaman Hias Pasarminggu Jakarta (eks Balai Penelitian Tanaman Hias Jakarta).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.      Hasil
Di Balithi (Balai Penelitian Tanaman Hias) jumlah green house sekitar dua puluh, dan semuanya berbeda-beda macam, tipe dan jenisnya, green house yang saya kunjungi hanya dua green house, diantaranya:
1.      Green house ini berjenis green house besi, karena kerangka atas dan sampingnya terbuat dari besi, lalu pinggir green house/dinding green house dilapisi bata yang menunjang nempelnya jendela-jendela yang yang banyak.
Tipe green house ini bertipe campuran, karena atapnya seperti tipe tunnel sedangkan struktur green housenya berbentuk tipe piggy back. Atap atas terbuat dari polikarbonat, sedangkan di dalamnya dilapisi kembali menggunakan paranet 60-70% supaya sinar yang tembus ke dalam green house tidak terlalu panas.
Di dalam green house ini terdapat springkle, yang berfungsi sebagai pengairan secara otomatis, tanaman di dalam green house ini di siram dua kali dalam sehari (pagi dan siang).



2.      Green house ini berjenis green house besi, karena kerangka green house ini terbuat dari pipa besi. Dinding bawah dilapisi bata sedikit, lalu dinding atasnya menggunakan kaca, dengan ketebalan kaca 5 mm.
Tipe green house ini adalah tipe piggy back, karena strukturnya yang sama dengan piggy back. Atap green house ini menggunakan kaca dan didalamnya dilapisi oleh paranet 60-70%. Suhu di dalam green house ini rata-rata 20oC.
Didalam green house ini terdapat springkle, yang berfungsi sebagai cara penyiraman secara otomatis menggunakan pompa air.

2.      Pembahasan
            Pada tahun 2005 green house di balithi mengalami tiga kali renovasi dan green house di sana tahan sampai 10 tahun, setelah itu baru diperbaiki konstur yang sudah mulai rusak, seperti besinya mulai rapuh atau berkarat, kayu yang mulai rapuh, dll.
            Perawatan green housenya selama 6 bulan sekali, seperti membersihkan atap kaca menggunakan alat khusus. Apabila kaca tidak dibersihkan maka sinar yang masuk kedalam akan berkurang.
            Manfaat dari green house ini untuk tanaman salah satunya adalah menekan hama dan penyakit sampai 80%. Dan kelemahan green house di balithi adalah jarak antara green house terlalu dekat, yaitu sekitar 6 meter, sehingga ketika matahari dari timur bersinar, maka green house yang berada di sebelah barat tertutup oleh green house yang berada disebelahnya. Semua posisi green house di balithi menghadap utara-selatan.
            Ketinggian tempat di balithi sekitar 1000-1100 mdpl, sehingga kebanyakan udara disana dingin, sehingga jarang membutuhkan blower, tetapi apabila udara panas datang dan suhu tinggi, maka bisa di netralkan lagi dengan cara menyalakan springkle ke seluruh area green house.
            Menurut referensi ada 6 manfaat green house, diantaranya (a.) pengaturan jadwal produksi, itu benar karena kondisi lingkungan yang di manipulasi, (b.) meningkatkan hasil produksi, karena faktor yang menyebabkan kegagalan dalam produksinya, yaitu hama dan penyakit ditekan sampai 80%. (c.) Meningkatkan kualitas produk, karena produk dengan mudahnya dirawat tanpa harus panas-panasan. (d.) meminimalisasi pestisida, karena hama dan penyakitnya pun sedikit, bahkan sampai tidak ada. (e.) aset dan performance, karena green house bisa tahan lama, dan apabila dijual harganya akan tinggi. (f.) sarana agrowisata, karena struktur yang bagus dan hasil tanaman yang dibudidayakan bagus, sehingga membuat orang ingin berkunjung kesana.
            Jenis green house di balithi yang saya lihat, hanya ada jenis besi dan kayu, tidak ada berjenis bambu. Mungkin karena umur green house dari bambu hanya sebentar atau hal yang lainnya.
            Semua tipe green house disana ada, dari mulai tipe tunnel, piggy back dan campuran. Operator disana menyebutnya green house segitiga, segiempat, bahkan sampai segienam. Kebanyakan tipe disana bertipe campuran.
            Bahan penutup green house di balithi yang paling murah adalah dari policarbonat dan bahan yang paling banyak digunakan adalah berbahan kaca.
Ada beberapa macam green house yang lain yang saya foto, diantaranya sebagai berikut:
     




BAB V
KESIMPULAN
Green house memang benar berfungsi memanipulasi lingkungan menjadi yang dikehendaki sesuai keinginan kita, green house adalah jalan alternatif lain bagi petani yang ingin berbudidaya tanaman supaya menghasilkan kualitas tinggi.
            Green house tidak akan bekerja maksimal tanpa peralatan yang menunjang didalamnya, seperti springkle, paranet, dll.
            Dan green house tidak akan bekerja optimal tanpa perawatan secara terus-menerus dari operator yang menggunakan green house tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
http://balithi.litbang.deptan.go.id/index.php?bawaan=berita/daftar_berita&id_menu=2&id_submenu=9


LAMPIRAN FOTO-FOTO

No comments:

Post a Comment